Nama saya cukup singkat, Salwa. Orang-orang memanggilku Wawa. Saya alumni Universitas Negri Malang (d/h IKIP Negeri Malang), jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Kini Bekerja sebagai tenaga pengajar di Universitas Islam Negri Malang. Sebelum menjadi dosen,saya pernah bekerja sebagai tentor di salah satu lembaga bimbingan belajar.
Pada awalnya saya ragu untuk mendaftar sebagai calon penerima beasiswa, apalagi beasiswa Luar Negeri, apalagi status saya masih tenaga pengajar honorer ( belum PNS), sedangkan umur telah menginjak usia tiga puluhan dan baru pertama kali mendaftar, apalagi akan banyak pendaftar yang tentu lebih hebat. Pikiran-pikiran itu terus ada di kepala. Teringat apa yang dikatakan suami saya waktu itu, “Jangan sampai cita-citamu dicuri , banyak orang memiliki cita-cita yang baik, namun padam karena dicuri orang, bahkan banyak pula yang membuang sendiri cita-citanya”. Kalimat itu membuatku sadar akan pentingnya sebuah harapan. Saya juga terinspirasi melihat kegigihan beberapa teman yang akhirnya bisa mendapatkan beasiswa di luar negeri. Akhirnya, dengan dukungan orang-orang terdekat terutama keluarga, membuat saya berani mendaftarkan diri.
Dalam Wawancara Beasiswa, bukan tempatnya untuk menyembunyikan prestasi! Kita harus menunjukkan kepada pewawancara, bahwa kita memiliki kelebihan-kelebihan yang bisa diandalkan dan layak sebagai penerima beasiswa.
Setelah melewati beberapa tahapan. Alhamdulillah,saya bisa masuk shortlisted. Ibarat menaiki tangga, saya sudah berada di tengah. Saya tahu ini tidak mudah. “ Jika kamu keras pada hidupmu, maka hidup akan lunak kepadamu, jika kamu lunak pada hidupmu, maka hidup akan keras kepadamu”. Kata-kata motivasi dari Andre Wongso itu melecut semangatku untuk terus berusaha.
Kini saatnya mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai test. Tentu, yang pertama adalah tes IELTS dan interview. Yang harus dilakukan sebelum tes IELTS dan interview adalah sering latihan mengerjakan soal-soal IELTS. Beruntung, karena di kampus diadakan kursus persiapan IELTS untuk para dosen yang mendapat shortlisted. Ini Memberi kesempatan untuk lebih mengerti materi yang harus dipelajari.
Membaca buku-buku tentang Australia, menonton film, mengikuti berita dunia. Browsing apapun yang berhubungan dengan Australia. Seperti, kampus, kota, dan jurusan untuk study yang saya pilih, adalah persiapan dalam menghadapi interview.
Saya juga memasang peta Australia di tembok kamar. Itu saya sebut sebagai peta mimpi, kutulis di peta itu, “Kuliah S2 di Australia”. Itu saya lakukan untuk menvisualisasikan mimpi-mimpi. Sehingga semakin merasa dekat dan terus memberi autosugesti yang kuat dalam diri saya.
Namun perlu diingat, mental kita juga perlu dipersiapkan. Kesiapan sukses juga harus diimbangi dengan kesiapan untuk “menang” dalam kegagalan. Yah .. bukankah “kesuksesan” dalam menghadapi kegagalan juga merupakan kesuksesan juga? Seseorang yang “sukses” dalam menjalani kegagalannya, pasti mereka yang tak pernah lelah untuk mencoba dan mencoba lagi. Seseorang yang “sukses” dalam kegagalannya, pastilah mereka yang bisa bersabar. Tinggal diri kita yang bisa mengukur manakah yang lebih besar? Optimisme dalam meraih kesuksesan atau pesimis dan tak melakukan apa-apa. Apapun yang telah kita lakukan untuk sebuah cita-cita adalah sebuah keberhasilan. Siapkan mental … Karena mendapat beasiswa ke Luar Negeri bukan keinginan biasa, kita harus siap dengan “harga” yang harus dibayar untuk meraihnya. Kerja keras, kerja cerdas dan tentu doa yang melandasi semua itu. Juga janganlah pesimis, lakukan apa yang bisa membuat diri bergerak maju. Maju selangkah ataupun sebagai lompatan besar dalam hidup, jadikan itu sebagai hal terpenting, tetaplah fokus pada tujuan. Hargai apa yang kita dapatkan, syukuri, betapapun kecilnya, jadikan itu sebuah batu lompatan untuk melangkah dan melangkah lagi.
Lalu tibalah saat pengumuman. Alhamdulillah, mimpi ini menjadi nyata. Saya benar-benar merasa bersyukur karena mendapat beasiswa Australian Development scholarship (ADS) ke Australia, dengan hanya sekali daftar. Saya merasa ini adalah rezeki sekaligus ujian buat saya, karena bukankah nikmat juga bentuk ‘ujian’ dari ALLah SWT untuk menguji kesetiaan hamba-hamba-Nya.
Disini saya akan berbagi kepada teman-teman tentang pengalaman saat interview, karena memang penentu keberhasilan di terima atau tidaknya beasiswa (khususnya ADS) salah satunya adalah interview. Memang saat interview, perasaan nervous itu ada. Yang saya lakukan saat tes wawancara waktu itu, sepuluh menit sebelum dipanggil, saya sempatkan menelpon Ibu dan ibu mertua untuk memohon doa. Saya sangat yakin, kekuatan doa seorang ibu sangatlah luar biasa. Karena sepuluh menit sebelum dipanggil bukan saatnya membuka buku tentang tes atau apapun perihal interview. Detik-detik itu terasa betul ujian keimanan, tentang takdir yang telah Allah tentukan pada kita. Pasrahkanlah semua keputusan pada-Nya, diterima ataupun tidak adalah hal terbaik yang Allah berikan. Yah … kekuatan ikhlas, itu akan membuat diri kita tenang dan mengalir. Ambisi yang meledak-ledak melampaui keikhlasan justru akan menampakkan diri sebagai orang yang sombong, namun keikhlasan yang begitu lembut melampaui ambisi, akan memancarkan sinar positif sebagai orang yang elegan menjawab semua pertanyaan.
Tetap santai dan sopan, tunjukkan bahwa kita percaya diri saat menjawab pertanyaan. Karena pewawancara akan merasakan “energi” motivasi yang positif, jika kita menjawab pertanyaan dengan antusias. Dalam menjawab pertanyaan, usahakan memberi jawaban yang tepat dan tidak mengada-ada. Misalnya ada pertanyaan yang tidak kita ketahui jawabannya, lebih baik katakan dengan jujur, bahwa kita kurang mengerti. Mereka akan lebih menghargai kejujuran daripada jawaban asal-asalan. Bisa dipastikan, kita akan semakin terjebak jika asal menjawab. Hal ini akan menurunkan kredit poin dalam penilaian.
Akan lebih baik lagi jika memiliki jawaban yang menarik bagi pewawancara, seperti informasi-informasi terbaru yang kita miliki. Pasti akan bisa menjawab dengan lebih percaya diri, karena telah menguasai materi. Tentu ini akan menambah nilai. Satu hal lagi yang penting, sebelum wawancara pelajari berkas aplikasi yang kita tulis, karena pewawancara ingin mengetahui lebih jauh jawaban-jawaban yang telah ditulis dalam aplikasi. Akan lucu tentunya, jika kita lupa pada apa yang telah kita tulis sendiri.
Berbicara tentang kepercayaan diri saat wawancara, buktikan bahwa kita adalah kandidat yang layak terpilih. Tunjukkan kompetensi, prestasi dan pemikiran-pemikiran yang kita miliki. Memang sangat di anjurkan untuk rendah hati, bahkan itulah yang membuat kita jadi pribadi yang memukau dan disukai. Namun dalam konteks ini, bukan tempatnya untuk menyembunyikan prestasi. Dalam memaknai kalimat ini, dimaksudkan agar kita menunjukkan kepada pewawancara, bahwa kita memiliki kelebihan-kelebihan yang bisa diandalkan dan layak sebagai penerima beasiswa. Misalnya jika ditanya “Apa prestasi-prestasi Anda yang paling dibanggakan?” Ceritakan saja apa adanya, pencapaian-pencapaian terbesar dalam hidup, karya-karya yang pernah ditulis atau apapun yang membuat pewawancara semakin yakin. Yakinkan, bahwa mereka tak akan salah pilih. Ceritakan dengan nada yang baik tanpa terkesan menyombongkan diri dan melebih-lebihkan.
Kadang beberapa pertanyaan yang muncul adalah pertanyaan spontan yang membutuhkan imajinasi. Saya masih ingat, salah satu pertanyaan waktu itu. “perubahan apa yang akan Anda akan lakukan, jika lima tahun mendatang anda terpilih sebagai rektor?” Ini pertanyaan dadakan yang membutuhkan daya nalar sekaligus imajinasi. Jelas terlihat, pewawancara ingin mengetahui visi dan jiwa kepemimpinan. Mereka ingin tahu, apakah kita tipe manusia futuristic yang mempunyai visi. Selain itu, tak jarang pertanyaan-pertanyaan sederhana juga muncul seperti “Apa buku favorit Anda?” dalam menjawab pertanyaan ini, usahakan tidak hanya memberitahu judul dan nama pengarang atau sekilas isi buku itu saja. Namun, yang diinginkan pewawancara adalah jawaban yang lebih dalam. Alangkah lebih baik jika dijelaskan, mengapa buku itu berarti bagi diri kita. Apakah yang berubah dari hidup atau pikiran kita setelah membaca buku itu. Terakhir, tunjukkan jawaban- jawaban retoris, bahwa kita memiliki semangat, ini penting untuk menunjukkan kuatnya keinginan yang kita miliki. Diwaktu itu pewawancara menanyakan pada diri saya, “buktikan bahwa Anda mempunyai motivasi kuat untuk mendapat beasiswa ini”. Jawaban saya pada pertanyaan akhir itu adalah, “Saat ini, detik ini, saya berada di sini, berhadapan dengan Anda, setelah melewati berbagai test prasyarat beasiswa. Ini adalah bukti kuat bahwa saya mempunyai motivasi besar, bahwa saya sangat menginginkan”.
Mungkin ini sedikit tips dari saya, semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman, khususnya yang akan menghadapi interview. Tetaplah ber-ikhtiar semaksimal mungkin. Jangan lupa perbanyak doa, selalu mohon doa dari kedua orang tua terutama Ibu, jangan lupa banyaklah bersedekah. Itu adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh pada keberhasilan kita. Lalu pasrahkan pada Allah SWT, atas segala keputusan yang ada. Percayalah apapun hasilnya itu adalah keputusan yang terbaik. Bersiaplah untuk gagal, namun lebih jauh dari itu bersiaplah untuk sukses, karena itu akan lebih berat dilakukan.
Ingatlah bahwa ilmu yang kita miliki, ibarat setetes air ditengah samudra di banding dengan ilmu Allah SWT. Pahamilah bahwa keberhasilan yang ada juga merupakan ujian bagi kita. Apakah kita akan tetap menjadi orang yang rendah hati, apakah kita tetap akan menjadi orang yang berempati, apakah kita tetap akan bisa berkarya dan tergolong sebagai hamba yang bersyukur atas karunia-Nya. Semoga apa yang saya tulis ini bermanfaat bagi teman-teman semua, percayalah bahwa Anda juga layak untuk meraih kemenangan. Selamat memenangkan beasiswa ! ( Salwa)
0 komentar:
Posting Komentar