Sekarang ini Indonesia sedang banyak masalah karena
guru-guru dan dosen-dosennya – maaf – sebagian besar hanya pintar 5 centi dan
mereka mau murid-murid nya sama seperti mereka (Rheinlad Khasali).
Postingan President PPIJ Kumamoto, Raden Dharmawan, di miling list beberapa
saat yang lalu melecut perdebatan panjang tentang esensi pendidikan yang kita
jalani, antara keyakinan akan keberhasilannya dengan kekawatiran-kekawatiran
kegagagalannya. Keyakinan akan keberhasilan itu muncul seiring bertambah
pedulinya pemerintah terhadap pendidikan. Program-program unggulan pemerintah
semisal BOS, RSBI, buku elektronik, sertifikasi, diyakini akan menambah daya
bakar kinerja pendidikan kita. Di sisi lain, kekawatiran-kekawatiran yang
muncul banyak terkait dengan persoalan output dan kinerja tenaga kependidikan
yang juga masih sangat lamban, bahkan terkesan jalan di tempat. Terjebaknya
banyak pendidik pada hasil ketimbang proses mendorong nilai raport lebih
penting dari penguasaan dan internalisasi ilmu dalam kehidupan sang anak didik.
Karenanya telah banyak benang kusut yang diurai untuk mencaritahu di balik
semua fenomena pendidikan kita terkini ini. Dan uraian Rheinald Khasali dalam
cuplikan tulisan di atas mungkin semakin memperjelas titik pusat kelemahan
pendidikan kita.