Aku Mi'raj

(Renungan malam Isra’ Mi’raj)

Malam ini, aku hendak bermi’raj
aku bersuci dengan air keikhlasan
aku kenakan baju kepasrahan
aku bentangkan sajadah kekhusyukan
aku wiridkan do’a kerinduan
dan...
aku tunggu buraq untuk menjemputku

Berdiriku tegak
karena bumi yang kupijak rata
akupun tak berharap bumi kan bertingkah
dan bila ku bungkukkan tubuh
embun yang turun perlahan
merapatkan pori-pori bumi,
mungkin kedinginan
tapi kulitku menangkap kehangatan.
Bagaimana bila pori-pori membuka
menguak diri lebar
mencampakkan segala gas dan cairan simpanannya?
Jangan, tetaplah sedia kala.
Ini, kuletakkan kepala di pangkuanmu
tanda hormatku.

Buraq belum juga datang

Dadaku lega
dalam bangunku kutinggikan tangan
menyalami udara yang ramah
mengalirkan ke dalam otakku
agar kupahami ayat-ayat
kubungkukkan lagi tubuhku
dan kubersujud lagi
agar tersapu seluruh tubuhku
luar dan dalamku
oleh belaian angin semilir.
Cukup semilir yang searah,
Jangan kencang atau berputar.
 
Buraq tak kunjung datang

Ku bersimpuh merapatkan kaki
menyentuhkan lutut ke bumi
namun kepalaku masih tegak
menangkap gelombang dari langit.
Kubiarkan jiwaku berkelana
Dalam jarak tubuhku
yang tak jauh, tak juga dekat
lantas kembali ke pusat kehidupanku,
di hatiku...
Runtuhlah karat-karat
Rontoklah noda-noda
Bersih....
Bening...
Tak lagi berwarna.

Itukah Buraq, datang dari Timur?

Duh, Gusti Allah!
Fajar siddiq-Mu yang tiba
panggilan-Mu menggugah alam

Ternyata aku telah mi’raj
Walau tak pernah lepas telapakku
Dari bumi, dari mana aku dicipta.



Taliwang, 21 Juli 2009
Amir Ma’ruf Husein

0 komentar:

Posting Komentar